Rabu, 02 Februari 2011

ANTROPOLOGI KESEHATAN

I. Pengobatan Tradisional dan alternatif di Indonesia dan

pengaruhnya bagi layanan kesehatan

v Sejarah Pengobatan tradisional

Kedokteran modern mengakui bahwa Hippocrates adalah orang pertama yang menggunakan tanaman berkhasiat dalam praktek. Akan tetapi sebenarnya Imhotep dari mesir jauh lebih tua dan lebih tepat untuk menerima pengakuan ini. Pada zaman 5000 tahun yang lalu raja-raja Mesir sudah mempunyai perhatian terhadap penggunaan tanaman obat. Raja Akhenaton III mewariskan untuk generasi sekarang ”gambar-gambar 400 jenis tanaman obat” di dinding kuil Karnak sebagai hasil ekspedisinya ke Syria. Di Indonesia obat tradisional mengalami pasang-surut sesuai dengan riak gelombang kebudayaan pada zamannya.

Periodisasi perkembangan pengobatan tradisional ini dapat di bagi atas 4 era yaitu :

  1. Zaman Pra-Jepang

Publikasi tertua tentang tanaman obat dari Indonesia di tulis oleh J.Bontius tahun 1685 dengan judul De Indiae Untrisquere Nuturali et Medica. Kemudian Rumph (1741) menerbitkan Herbarium Amboinense dan Linnaeus Flora Zaylanica.

4

William Marsden (1754-1820) seorang Inggris menjelaskan dalam catatan perjalanannya tentang kebiasaan penduduk Sumatera Bagian Selatan ini diterbitkan di London tahun 1783. dalam kongres kedua VIG (Ikatan Dokter Indonesia) di Solo Goelarso Astrodikesoemo (1940) telah memberikan himbauan agar para dokter Bumiputera mulai menyelidiki obat tradisional. Dalam kesempatan ini diselenggarakan pula pameran ”Jamu Asli Indonesia” beserta bahan-bahannya oleh perkumpulan ”Taman Ibu” Yogyakarta. Kongres memutuskan antara lain merasa perlu obat-obat rakyat dan cara pemakaiannya secepat mungkin dipelajari dengan seksama.

  1. Zaman Jepang

Tahun 1942-1945 perhatian dan anjuran menggunakan obat rakyat cukup tinggi. Dalam periode 1942-1944 pemerintahan Dai Nippon memberikan perhatian dan anjuran penggunaan dan pengembangan pengobatan tradisional, khususnya tanaman obat. Tanggal 5 juni 1944 didirikan suatu panitia bernama ”Yakusho Katyo I-Inkai” atau ”Panitia Jamu Asli Indonesia” di pimpin oleh Prof. Dr Sato, kepala jawatan kesehatan pemerintah. Ketika itu ketua Perhimpunan Dokter Indonesia (Djawa Izi Hookoo kai) adala Dr A.Rasjid dan diberi tugas untuk memberi petunjuk dan menjaga kelancaran usaha kerja sama dengan para penghasil jamu. Badan ini kemudian di kenal sebagai ”Badan Penghimpoen Ramoean Djamoe”.

  1. Zaman Kemerdekaan

Bung karno sebagai Presiden RI memberikan perhatian yang cukup besar untuk

5

Pengembangan obat tradisional. Tahun 1956 ketika mengucapkan pidato Dies UGM penulis menyaksikan sendiri beliau memperkenalkan sinshe RRC yang khusus didatangkan untuk mengobati penyakit ginjalnya.

”Wergroep voor medicinale Planten” didirikan tahun 1950 di Bogor dengan anggota ahli-ahli kimia, farmasi dan farmakologi. mereka menyelidiki Pyretrum yang mengandung Pyretrium, Brugmansia candida, Anamirta cocculus (akar tuba) yang mengandung Picrotoxin, Areca catechu (pinang) yang mengandung Arecoline dan juga digunakan sebagai obat cacing. Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan membentuk ”Komisi Farmakoterapi” tahun 1950 dan tahun berikutnya ”Komisi Interdepartemental pharmacoterapie” untuk mendapatkan obat yang berguna bagi rakyat. Kementrian Pertanian membentuk pula ”Balai Tanaman Obat-obat”. Penyelidikan tanaman yang berkhasiat dikerjakan dalam bidang botani dan teknik kultur.

  1. Zaman Kebangkitan

Tahun 1960 Prof A.J.Darman dikukuhkan sebagai guru besar farmakologi orang

Indonesia pertama. Tahun 1963 Kementrian Kesehatan membentuk Badan Perancana Penggunaan Obat Asli. Di Jakarta tahun 1977 Herman soesilo selaku pejabat tinggi kesehatan mengadakan uji-coba Jamu masuk Puskesmas. Pada tahun 1980 Ditjen POM memperknalkan ide ”Apotik Hihau” yang kemudian di ganti menjadi proyek ”Taman Obat Keluarga” atau ”Toga”. Dalam tahun yang sama Akupuntur kedokteran” di coba pada beberapa puskesmas terutama di sekitar Jakarta.

6

v Definisi Pengobatan tradisional

  1. Pengobatan tradisional adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain dari ilmu kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang di turunkan secara lisan maupun tulisan yang berasal dari Indonesia atau luar Indonesia.

  1. WHO menyatakan Pengobatan tradisional ialah ilmu dan seni pengobatan berdasarkan himpunan dan pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam melakukan diagnosis, prevensi, dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial.

  1. sesuai keputusan ”Seminar Pelayanan Pengobatan Tradisional Departemen Kesehatan RI (1978), terdapat 2 definisi pengobatan tradisional Indonesia (PETRIN) yaitu :

a) ilmu atau seni pengobatan yang dilakukan oleh pengobat Tradisional Indonesia dengan cara yang tidak bertentangan dengan kepercayaan kepada Tuhan YME sebagai upaya penyembuhan, pencegahan penyakit, pemulihan dan peningkatan kesehatan jasmani, rohani dan sosial masyarakat.

b) Usaha yang dilakukan untuk mencapai kesembuhan, pemeliharaan dan peningkatan taraf kesehatan masyarakat yang berlandaskan cara berpikir, kaidah-kaidah atau ilmu di luar pengobatan ilmu kedokteran modern,

7

diwariskan secara turun-menurun atau diperoleh secara pribadi dan dilakukan dengan cara-cara yang tidak lazim dipergunakan dalam ilmu kedokteran yang meliputi : akupuntur, dukun/ahli kebatinan, sinshe, tabib, jamu, pijat dan sebagainya yang banyak di jumpai dalam masyarakat.

v Definisi Pengobatan Alternatif

Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern ( pelayanan kedokteran standar ) dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran modern tersebut.

Pengobatan alternatif pada umumnya berasal dari pengalaman yang di dapat oleh nenek moyang kita. Dan dijadikan sebagai patokan secara turun temurun, pengobatan ini bisa menjadi alternatif pengobatan terhadap suatu penyakit, disamping pengobatan secara medis. Sudah banyak orang yang dapat merasakan khasiat dari bahan-bahan alam ini, disamping terjangkau juga mudah didapatkan di lingkungan kita. Produk yang berasal dari bahan-bahan alam ini sudah banyak di produksi dan banyak yang sudah terdaftar dalam Depkes sehingga mengurangi efek diri kelebihan dosis. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan kita dapat meramu sendiri atau mempergunakan tanaman-tanaman obat sendiri.

8

v Jenis Pengobatan tradisional di Indonesia

Ada 4 jenis pengobatan tradisional yaitu :

  1. Pengobatan tradisional dengan ramuan obat :

Ø Pengobatan tradisional dengan ramuan asli Indonesia.

Ø Pengobatan tradisional dengan ramuan obat Cina.

Ø Pengobatan tradisional dengan ramuan India.

  1. Pengobatan tradisional spiritual/kebatinan :

Ø Pengobatan tradisional atas dasar kepercayaan.

Ø Pengobatan tradisional atas dasar agama.

Ø Pengobatan dengan dasar getaran magnetis.

  1. Pengobatan tradisional dengan memakai peralatan :

Ø Akupuntur, pengobatan atas dasar ilmu pengobatan tradisional Cina yang

menggunakan penusukan jarum dan penghangatan moxa (Daun Arthemesia vulgaris yang dikeringkan).

Ø Pengobatan tradisional urut pijat.

Ø Pengobatan tradisional patah tulang.

Ø Pengobatan tradisional dengan peralatan (tajam/keras).

Ø Pengobatan tradisional dengan peralatan benda tumpul.

  1. Pengobatan tradisional yang telah mendapat pengarahan dan pengaturan pemerintah :

9

Ø Dukun beranak.

Ø Tukang gigi tradisional.

v Tujuan Pengobatan tradisional

A. Tujuan Umum

Meningkatnya pendayagunaan pengobatan tradisional baik secara tersendiri atau terpadu pada sistem pelayanan kesehatan paripurna, dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dengan demikian pengobatan tradisional adalah merupakan salah satu alternatif yang relatif lebih disenangi masyarakat. Oleh karenanya kalangan kesehatan berupaya mengenal dan jika dapat mengikut sertakan pengobatan tradisional tersebut.

B. Tujuan Khusus

  1. Meningkatnya mutu pelayanan pengobatan tradisional, sehingga masyarakat terhindar dari dampak negatif karena pengobatan tradisional.
  2. Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan dengan upaya pengobatan tradisional.
  3. Terbinanya berbagai tenaga pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan.
  4. Terintegrasinya upaya pengobatan tradisional dalam program pelayanan kesehatan paripurna, mulai dari tingkat rumah tangga, puskesmas sampai pada tingkat rujukannya.

10

v Peran Pengobatan Tradisional

Pengobatan secara tradisional di Indonesia telah berkembang selama berabad-abad sehingga merupakan kebutuhan sebagian besar masyarakat Indonesia. Melihat kenyataan disekitar kita oleh adanya tenaga dokter sebagai pelaksana pengobatan dan pengobatan dari barat atau pengobatan tradisional pasti mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia pada umumnya dan pada bangsa jawa pada khususnya. Tenaga pelayanan pengobatan tradisional tersebut mempunyai pasien dan langganan masing-masing. Ada masyarakat pendukung tersendiri, ada juga kaidah patokan serta syarat-syarat tersendiri, juga ada kaidah patokan serta syarat-syarat tersendiri yang mereka patuhi bersama. Mereka puas ( ada juga yang tidak puas ) dengan adanya hubungan Timbal balik pelayanan kesehatan tradisional pendukungnya. Hal ini merupakan unsur budaya dan unsur-unsur kemanusiaan yang juga terdapat pada bangsa-bangsa di dunia betapapun modernnya. Sebagian besar obat tradisional berasal dari bahan-bahan nabati dan hanya sebagian kecil saja yang berasal dari bahan-bahan dasar hewan atau mineral. Bahan-bahan nabati yang digunakan itu dapat berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan ataupun eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, demikian pula zat-zat nabati lainnya yang dipisahkan dari tumbuhannya. Jelaslah disini bahwa tumbuhan obat merupakan sumber bahan yang sangat penting artinya bagi pembuatan obat tradisional di Dunia. Tumbuhan obat lebih mudah di jumpai dan di dapatkan oleh yang memerlukan disekitar tempat tinggalnya. Perlu dikehui bahwa sekurang-kurangnya di Indonesia dijumpai 940 jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat.

11

Pengolahan obat tradisional yang bervariasi, mulai yang masih dilakukan dengan cara sederhana sampai dengan penggunaan teknologi maju. Dulu cara sederhana bahan yang berasal dari tumbuhan segar di celah-celah, direbus dengan air dalam kuali sampai menghasilkan cairan hasil rebusan tersebut disamping dimanfaatkan sebagai obat dalam ( minim ), digunakan untuk kompres atau lainnya.

Teknologi maju digunakan pengusaha obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang meningkat. Produksi memakai mesin pil, mesin tablet, mesin pengisi kapsul, mesin pengisi kantung serbuk dan alat ekstraksi. Bahkan ada pengusaha penghasil produk-produk cairan obat dalam yang telah menggunakan proses ultra hight treatment (UHT ) untuk mengusahakan agar produk yang dihasilkan memiliki sterilisitas perdagangan yang diperlukan.

v Peranan pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan :

kebijakan peningkatan peran pengobatan tradisional dalam system pelayanan kesehatan, yaitu :

1. pengobatan tradisional perlu dikembangkan dalam rangka peningkatan peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan primer.

2. pengobatan tradisional perlu dipelihara dan dikembangkan sebagai warisan budaya bangsa, namun perlu membatasi praktek-praktek yang membahayakan kesehatan.

12

3. dalam rangka peningkatan peran pengobatan tradisional, perlu dilakukan penelitian, pengujian dan pengembangan obat-obatan dan car-cara pengobatan tradisional.

4. pengobatan tradisional sebagai upaya kesehatan nonformal tidak memerlukan izin, namun perlu pendataan untuk kemungkinan pembinaan dan pengawasannya. Masalah pendaftaran masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

5. pengobatan tradisional yang berlandaskan pada cara-cara organobiologik, setelah diteliti, diuji dan diseleksi dapat diusahakan untuk menjadi bagian program pelayanan kesehatan primer. Contoh : dukun bayi, tukang gigi, dukun patah tulang. Sedangkan cara-cara psikologik dan supranatural perlu diteliti lebih lanjut, sebelum dapat dimanfaatkan dalam program.

6. pengobatan tradisional tertentu yang mempunyai keahlian khusus dan menjadi tokoh masyarakat dapat dilibatkan dalam upaya kesehatan masyarakat, khususnya sebagai komunikator antara pemerintah dan masyarakat.

v Standarisasi Pengobatan Tradisional

Untuk dapat dimanfaatkannya pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan banyak yang harus diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dinilai mempunyai peranan yang sangat penting adalah upaya standarisasi. Diharapkan, dengan adanya standarisasi ini bukan saja mutu pengobatan tradisional akan dapat ditingkatkan, tapi yang penting lagi munculnya berbagai efek samping yang secara medis tidak dapat dipertanggung jawabkan, akan dapat dihindari.

13

Pengertian standarisasi adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna, yang dipakai sebagai batas penerimaan minimal ( Clinical Practice Guideline, 1990 ). Standart menunjukkan pada tingkat ideal tercapai tersebut tidaklah disusun terlalu kaku, tetapi masih dala batas-batas yang dibenarkan disebut dengan nama toleransi.

Syarat suatu standar yang baik dipandang cukup penting adalah :

1. Bersifat jelas

Artinya dapat diukur dengan baik, termasuk ukuran terhadap penyimpangan-

penyimpangan yang mungkin terjadi.

2. Masuk akal

Suatu standart yang tidak masuk akal, bukan saja akan sulit dimanfaatkan tetapi

juga akan menimbulkan frustasi para profesional.

3. Mudah dimengerti

Suatu standart yang tidak mudah dimengerti juga akan menyulitkan tenaga

pelaksana sehingga sulit terpenuhi.

4. Dapat dipercaya

Tidak ada gunanya menentukan standart yang sulit karena tidak akan mampu

tercapai.

14

Karena itu sering disebutkan, dalam menentukan standart, salah satu syarat yang harus dipenuhi ialah harus sesuai dengan kondisi organisasi yang dimiliki.

5. Absah

Artinya ada hubungan yang kuat dan dapat didemintrasikan antara standart

dengan sesuatu ( misalnya mutu pelayanan ) yang diwakilinya.

6. Meyakinkan

Artinya mewakili persyaratan yang ditetapkan. Apabila terlalu rendah akan

menyebabkan persyaratan menjadi tidak berarti.

7. Mantap, Spesifik dan Eksplisit

Artinya tidak terpengaruh oleh perubahan oleh waktu, bersifat khas dan

gamblang.

Dari ukuran tentang standart dan pengobatan tradisional sebagaimana dikemukakan diatas, mudah dipahami bahwa upaya standarisasi pengobatan tradisional di Indonesia, tidaklah semudah yang diperkirakan. Sebagai akibat ditemukannya konsep pengobatan tradisional yang sangat supranatural yang satu sama lain tampak sangat berbeda, menyebabkan standarisasi akan sulit dilakukan.

15

Untuk ini menyadari bahwa menerapkan pendekatan kesembuhan penyakit masih sulit dilakukan, maka untuk sementara cukup diterapkan pendekatan tidak sampai menimbulkan efek samping, komplikasi atau kematian.

v Konsep Pengobatan Tradisional

Memahami tentang konsep yang dimiliki oleh pengobatan tradisional dalam praktek pengobatan tradisional amatlah diperlukan dengan diketahuinya konsep tersebut diharapkan dapat diikuti jalan pikiran serta alasan dilakukannya suatu tindakan yang dilakukan oleh pengobatan tradisional ketika menghadapi penderita yang datang meminta pertolongan. Konsep yang dimaksud disini tentu meliputi konsep yang ada hubungannya dengan kesehatan, yang dicoba sederhana setidak-tidaknya meliputi konsep kehidupan, kematian, penyebab penyakit serta kepercayaan terjatuh sakit.

v Peminatan Pengobatan Tradisional

Peminatan pengobatan tradisional sendiri sangat dipengaruhi oleh faktor :

1. Faktor Sosial

Alasan masyarakat memilih pengobatan tradisional adalah selama mengalami pengobatan tradisional keluarganya dapat menjenguk dan menunggui setiap saat. Hal tersebut sesuai dengan kodrat manusia sebagai mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi langsung dengan keluarganya atau kerabatnya dalam keadaan sakit. Selama perawatan yang dialaminya meraka dapat berkomunikasi dengan akrab dengan keluarganya.

16

Namun ada juga informasi yang mengemukakan bahwa mereka berpendapat lebih senang dirawat atau diobati di rumah sakit daripada dirawat atau diobati di tempat-tempat pengobatan tradisional. Mereka dibawa kepengobatan tradisional bukan atas kemauan mereka sendiri tetapi atas desakan biaya pengobatan. Biasanya mereka belum pernah ke rumah sakit sehingga tidak bisa dibandingkan pengobatan tradisional dengan pengobatan di rumah sakit. Disini nampak adanya faktor pasrah akibat dari keterbatasan pengalaman-pengalaman dalam interaksi sosial.

2. Faktor Ekonomi

Mereka menyatakan biayanya lebih murah daripada rumah sakit, menurut mereka cara pembayarannya juga tidak memberatkan karena pasien tidak tertarik uang muka. Selain itu bagi yang tidak mampu membayar sekaligus dapat dicicil setelah mereka pulang. Jika ditinjau dari klasifikasi pasien yang datang ketempat pengobatan tradisional ini sebagian besar pekerjaannya adalah buruh kasar, sopir, tukang parkir, sehingga wajar faktor ekonomi menentukan dalam memilih tempat pengobatan.

3. Faktor Budaya

Salah satu alasan mengapa para penderita memilih tempat pengobatan tradisional karena pengobatan di tempat ini memiliki seorang ahli yang mempunyai kekuatan supranatural yang mampu mempercepat kesembuhan penyakit. Disamping itu hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh foster dan Anderson bahwa sistem medis adalah bagian integral dari kebudayaan.

17

Salah satu faktor lain yang menyebabkan pengobatan tradisional ini masih diminati masyarakat adalah kategori penyembuhan yaitu siapa yang berhak atau yang tepat dalam menyembuhkan, misalnya untuk penyakit C hanya D yang berhak, penyakit A hanya B yang tepat menyembuhkan. Dalam persepsi masyarakat juga menganggap penyakit yang tidak parah tidak perlu dibawa ke rumah sakit, karena penyakit yang diderita dianggap tidak mengancam jiwanya, tidak menggangu nafsu makan serta masih mampu melakukan kegiatan sehari-hari walaupun agak tergaggu. Hal tersebut nampak sesuai dengan yang dikemukakan oleh Spreadly, bahwa kebudayaan sebagai pengetahuan, nilai-nilai yang digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman serta membangkitkan perilaku sosial.

4. Faktor Kemudahan

Pasien dapat segera ditangani tanpa harus menunggu hasil rontgen dan hasil laboratorium lainnya

v Peminatan Pengobatan Alternatif

pengobatan alternatif tidak didukung dengan dasar ilmiah dan banyak kalangan yang mengunakannya alasannya antara lain:

  1. Dari sudut pandang pasien bukan suatu hal yang penting mengenai dasar ilmiah. Pengguna dari pengobatan alternatif ini biasanya pula sudah mencoba pengobatan konvensional yang tidak menyembuhkan penyakitnya. Hal ini membuat mereka menilai bahwa nilai statistik adalah tidak penting .

18

Seringkali pula para pengguna pengobatan alternatif ini mendengar keberhasilan penyembuhan alternatif dari orang yang baru dikenal , keluarga, dan teman yang mungkin sudah mengalami kesembuhan dengan penyakit yang serupa melalui pengobatan alternatif tersebut.

  1. Kedokteran modern menjadi identik dengan inpersonal dan high cost medicine yang hanya terjangkau oleh sekelompok kecil masyarakat dan kedokteran modern tersebut belum mampu secara meyakinkan manangani masalah penyakit degeneratif seperti masalah penuaan , kanker, diabetes, hipertensi. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat dan minat pencari pertolongan. Apalagi disampingnya terdapat pelayanan kesehatan alternatif yang menjanjikan.

  1. Pengobatan alternatif tradisional masih digunakan oleh sebagian besar masyarakat bukan hanya karena kekurangan fasilitas pelayanan kesehatan formal yang terjangkau oleh masyarakat , tetapi lebih disebabkan oleh faktor-faktor sosial budaya dari masyarakat tersebut. Ia memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat yang dilayani.

19

  1. Adanya beberapa stereotypes di masyarakat, seperti : - pengobatan alternatif – tradisional bersifat holistik dan pengobatan modern hanya melihat penyakitnya saja dan adanya dikotomi penyakit ke dalam dua jenis yaitu penyakit yang dapat disembuhkan oleh dokter dan penyakit yang hanya dapat disembuhkan oleh pengobat tradisional.

  1. Adanya beberapa manfaat umum dari pengobatan alternatif – tradisional baik secara psikologis dan sosial yang tidak terpengaruh dengan keberadaan pengobatan modern , yaitu :

a) mengurangi stress dan kecemasan akibat ketidakpastian penyakit,

b) biaya yang rendah dan menyenangkan,

c) penguatan dan keterlibatan langsung pasien dalam penanganan penyakitnya, fungsi kontrol bila ada penyimpangan,

d) mengurangi trauma akibat perubahan kultural dan mempromosikan identitas kebudayaan.

pengobatan alternatif - tradisional ( berkembang dari tradisi masyarakat tertentu ). Pendekatan holistik dalam pengobatan tradisional yang memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat dapat diterapkan dalam ilmu kedokteran tanpa harus kehilangan identitas dan sifat keilmuannya.

Pengobatan tradisional sudah merupakan bagian integral dari lingkungan sosial budaya dan ada nilai-nilainya yang patut dipertahankan dan ditingkatkan yang dapat memberikan sumbangan positif bagi upaya kesehatan.

20

v Landasan Hukum dalam pengobatan tradisional :

Undang-undang tentang pengobatan, pengobat, dan obat Tradisional antara lain :

1. UU No. 9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan pasal 11 ayat 4 yang berbunyi : ” Obat-obat asli Indonesia diselidiki dan dipergunakan sebaik-baiknya”. Pasal 14 ayat 4 yang berbunyi : ” usaha-usaha pengobatan berdasarkan ilmu dan atau cara lain dari pada ilmu kedokteran, diawasi oleh pemerintah agar tidak membahayakan masyarakat ”.

2. UU No. 6 tahun 1961 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 9 ayat 1 yang berbunyi : ” Mankes memberi bimbingan dan pengawasan kepada mereka yang melakukan usaha-usaha pengobatan berdasarkan ilmu cara lain daripada ilmu kedokteran”. Pada ayat 2 : Bimbingan dan pengawasan yang dimaksud dalam ayat 1 diatur lebih lanjut dengan peraturan-peraturan.

3. UU No.7 tahun 1963 tentang Farmasi Pasal 7 ayat 1 yang berbunyi : ” Pemerintah memberi bimbingan dalam perkembangan pengawasan terhadap usaha-usaha mempergunakan obat asli Indonesia”. Pada ayat 2 : ” Bimbingan dan pengawasan yang dimaksud ayat 1 diatur selanjutnya dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 8 Menkes mengusahakan :

a) Penyelidikan baik tentang cara membuat dan menggunakan maupun tentang khasiat obat asli Indonesia.

b) Strandarlisasi dalam pemakaian obat-obat asli Indonesia.

c) Pertukaran pengalaman dengan luar negeri.

d) Mencari sumber-sumber baru obat asli Indonesia.

21

e) Usaha-usaha lain.

Sebagai tindak lanjut dalam pelaksanaanya telah diterbitkan surat-surat keputusan dan peraturan-peraturan dari Menteri Kesehatan. Dirjen POM menerbitkan surat-surat keputusan tentang inventarisasi, cara-cara pembuatan dan pengaturan obat dan sebagainya.

22

BAB III

PENUTUP

v Kesimpulan

Setelah kami mengumpulkan data dari buku yang berhubungan dengan Pengobatan Tradisional dan Alternatif di Indonesia dan pengaruhnya bagi pelayanan Kesehatan kami dapat menyimpulkan bahwa :

periode perkembangan pengobatan tradisional ini dapat di bagi atas 4 era yaitu :

a) Zaman Pra Jepang.

b) Zaman Jepang.

c) Zaman Kemerdekaan.

d) Zaman Kebangkitan.

Pengobatan tradisioanal adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain dari ilmu

kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan secara lisan maupun tulisan yang berasal dari Indonesia atau luar Indonesia.

Pengobatan alternatif adalah bentuk layanan pengobatan yang menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern atau layanan kedokteran standar dan dipergunakan sebagai alternatif atau sebagai pelengkap pengobatan kedokteran modern tersebut.

Tujuan pengobatan tradisional terbagi menjadi 2 yaitu :

a) Tujuan Utama

23

Ø Meningkatkan pendayagunaan pengobatan tradisional pada sistem pelayanan kesehatan paripurna sebagai mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Ø Kalangan kesehatan berupaya mengenal dan dapat mengikutsertakan pengobatan tradisional.

b) Tujuan Khusus

Ø Meningkatnya mutu pelayanan pengobatan tradisional.

Ø Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.

Ø Terbinanya berbagai tenaga pengobatan tradisional.

Ø Terintegrasinya upaya pengobatan tradisional.

Peminatan pengobatan tradisional sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

Lain :

a) Faktor Sosial.

b) Faktor Ekonomi.

c) Faktor Budaya.

d) Faktor Pemudahan.

Peminatan pengobatan alternatif, pengobatan alternatif tidak didukung dengan

dasar ilmiah dan banyak kalangan yang menggunakan dengan alasan antara lain :

a) Karena dari sudut pandang pasien yang mencoba pengobatan alternatif ini biasanya sudah mencoba pengobatan konvesional yang tidak menyembuhkan penyakitnya.

24

b) Mendengar keberhasilan penyembuhan alternatif dari orang yang baru dikenal. Contohnya : keluarga dan teman. Yang mungkin sudah mengalami kesembuhan.

c) Kedokteran modern menjadi identik dengan inpersonal dan high cost medicine yang hanya terjangkau oleh sekelompok kecil masyarakat dan kedokteran modern tersebut belum mampu secara meyakinkan manangani masalah penyakit degeneratif seperti masalah penuaan , kanker, diabetes, hipertensi. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat.

d) Karena kekurangan fasilitas pelayanan kesehatan formal yang terjangkau oleh masyarakat dan hal ini disebabkan oleh faktor-faktor sosial dan budaya dari masyarakat tersebut.

25

v Saran

a) Untuk dapat mencapai kebutuhan yang lebih tinggi tentunya seseorang harus sehat, namun seseorang itu juga tidak terlepas akan diserang penyakit. Untuk mencari pengobatan saat ini sangat memerlukan biaya dalam sebagai alternatif banyak anggota masyarakat kembali ke pengobatan tradisional yang dapat dipercaya.

b) Di harapkan juga kita sebagai anggota masyarakat tetap melestarikan budaya asli Indonesia yaitu dengan mengonsumsi obat-obatan tradisional atau dengan menggunakan pengobatan tradisional.

26

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Azwar. (1992). Antropologi Kesehatan Indonesia. Jakarta: EGC.

Sugeng, Dwi. (2007). Pengobatan Alternatif. Yogyakarta: PT. Media Abadi.

Foster & Anderson. (1986). Antropologi Kesehatan. Jakarta : UI Press.

KOMUNIKASI KEPERAWATAN

Rencana Strategi Komunikasi Terapeutik

“Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Latihan Napas Dalam”

Kasus 1

Ny.R dirawat di RS.Mulia sejak 2 hari yang lalu dengan diagnosa medis gastritis. Klien mengatakan nyeri ulu hati hilang timbul, klien tampak memegangi area lambung, merasa nyeri pada abdomen kanan atas, klien tampak lemah, skala nyeri 6.

  1. Proses Keperawatan
  1. Data subjektif (DS)

- klien mengatakan nyeri ulu hati hilang timbul

  1. Data objektif (DO)

- klien tampak memegangi area lambung

- klien merasa nyeri pada abdomen kanan atas

- klien tampak lemah

- skala nyeri 6

  1. Diagnosa Keperawatan

Gangguan rasa nyaman: nyeri akut b.d kram abdomen

  1. Tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah latihan napas dalam

B.Fase Orientasi

1. Salam terapeutik : selamat pagi,bu?

2. Evaluasi/Validasi

- bagaimanan perasaan ibu saat ini?

- bagaimana ibu, apakah semalam tidurnya nyenyak?

3. Kontrak (Topik,waktu dan tempat)

sesuai dengan janji kita kemarin, maka hari ini saya akan mengajarkan teknik latihan napas dalam pada ibu waktunya ± 15 menit. Tindakan ini akan saya lakukan disini bu? bagaimana bu, apakah ibu sudah siap?

4. Tujuan

baik ibu, latihan napas dalam bisa ibu lakukan dengan tujuan untuk mengurangi rasa nyeri ibu sehingga nyeri yang ibu alami bisa berkurang.

  1. Fase Kerja
  1. apakah ibu sudah siap? Mari ibu sebelumnya saya akan mengatur posisi ibu, ya? Sekarang ibu duduk dipinggir tempat tidur? Saya akan memberikan ibu bantal dan ibu harus memegang bantalnya ya, bu? Ini bertujuan untuk mengurangi rasa sakit.
  2. sekarang saya akan mencontohkan terlebih dahulu setelah itu baru ibu yang mempraktekan? pertama, tarik napas panjang lewat hidung sebanyak-banyaknya, kemudian tahan sebentar lalu hembuskan melalui mulut pelan-pelan, sambil perut dikecilkan.
  3. apakah ibu sudah mengerti? Kalau begitu lakukan ya, bu nanti saya akan bantu ibu. Tarik napas ya, bu kemudian tahan sebentar dan hembuskan secara perlahan-lahan lewat mulut, ya bu? Bagus ibu, saya rasa ibu sudah mengerti.latihan napas dalam ini dilakukan ya, bu agar nyeri yang ibu rasakan bisa berkurang.

  1. Terminasi
  1. Evaluasi Respon Klien

- Evaluasi subjektif :

Bagaimana perasaan ibu sekarang? Apakah sudah merasa sedikit nyaman?

- Evaluasi Objektif :

Bagaimana ibu, apakah ibu bisa memperagakan lagi latihan napas dalam?

  1. Rencana Tindak Lanjut

- jika ibu merasa nyeri lagi, ibu bisa melakukan teknik latihan napas dalam setiap ibu merasa nyeri agar kondisi ibu dapat membaik.

3. Kontrak yang akan datang

ibu nanti siang sekitar jam 12.00 saya akan kembali untuk memberikan obat.mari bu, selamat pagi. . .

Kasus 2

Tn.W usia 35 tahun dirawat di RS.Mawar sejak 2 hari yang lalu, ia mempunyai istri dan 2 orang anak. Istri klien mengatakan selama dalam perawatan suaminya sering sesak napas, merasa nyeri pada saat batuk. Suaminya juga sulit tidur karena sering batuk dan klien mengatakan mengeluarkan dahak kental. klien tampak lemah, suara napas ronchi di kedua lapang paru,RR : 38 kali/mnt.

  1. Proses Keperawatan
  1. Data Subjektif (DS)

- klien mengatakan sesak napas

- klien mengatakan nyeri dada pada saat batuk

- klien mengatakan sulit tidur karena sering batuk

- klien mengatakan mengeluarkan dahak kental

  1. Data Objektif (DO)

- klien tampak lemah

- suara napas ronchi di kedua lapang paru

- RR: 38 kali/mnt

  1. Diagnosa Keperawatan

ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d sekresi kental

  1. Tindakan Keperawatan

Tindakan keparawatan yang dilakukan adalah latihan batuk efektif.

  1. Fase Orientasi
  1. Salam terapeutik: selamat pagi,bapak?
  2. Evaluasi/validasi

- bagaimana perasaan bapak saat ini?

- Apakah semalam bapak tidurnya nyenyak?

  1. Kontrak (Topik,waktu dan tempat)

Sesuai janji kita kemarin maka hari ini saya akan mengajarkan bapak bagaimana cara batuk efektif waktunya ± 15 menit dan di lakukan diruangan ini ya pak? bagaimana pak, apakah bapak sudah siap?

  1. Tujuan

Bapak,saya mengajarkan latihan batuk efektif ini bertujuan untuk mengencerkan dan mempermudah bapak mengeluarkan dahak.

C.Fase Kerja

1. baik, bapak sekarang saya akan mengajarkan latihan batuk efektif. Saya akan memberi contoh terlebih dahulu, setelah itu baru bapak yang mempraktekan? Mari pak,sebelumnya saya akan mengatur posisi bapak, ya? Sekarang bapak duduk dipinggir tempat tidur? Saya akan memberikan bapak bantal dan bapak harus memegang bantalnya ya, pak? Ini bertujuan untuk mengurangi rasa sakit.

2. bapak, perhatikan saya dulu ya?pertama tarik napas panjang lewat hidung sebanyak-banyaknya, kemudian di tahan sentar lalu hembuskan melalui mulut pelan-pelan kemudian lakukan ulang 2-3 kali dengan cara yang sama dan pada napas ke-4 tarik napas yang panjang dan tahan sebentar kemudian betukkan kuat-kuat dan keluarkan dahaknya di bengkok.

3. apakah bapak sudah mengerti?kalau begitu lakukan ya pak tarik napas pak . . . hembuskan, tarik napas pak . . . hembuskan, tarik napas pak . . . hembuskan, sekali lagi pak . . . terakhir batukkan kuat-kuat ya pak. . . bagus pak . . .

D. Terminasi

1. Evaluasi Respon Klien

- Evaluasi Subjektif :

Bagaimana perasaan bapak, setelah dilakukan latihan batuk efektif?

- Evaluasi Objektif :

Coba bapak, peragakan lagi bagaimana cara latihan batuk efektif?

2. Rencana Tindak Lanjut

jika bapak masih merasa sesak pada saat batuk, bapak bisa melakukan teknik latihan batuk efektif setiap bapak merasa sesak pada saat batuk agar kondisi bapak dapat membaik.

  1. Kontrak yang akan datang

Bapak nanti siang kam 12.00 saya akan kembali lagi untuk memriksa tanda-tanda vital seperti tekanan darah dan suhu tubuh. Mari bapak, selamat pagi . . .

Kasus 3

A. Proses Keperawatan

1. Data subjektif (DS) :

- klien mengeluh sakit pada area kepala

  1. Data objektif (DO)

- klien tampak memegangi kepala

- klien tampak meringis kesakitan

- klien tampak lemah

- skala nyeri 7

- TD :190/100 mmHg

  1. Diagnosa Keperawatan

Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepala berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler cerebral.

  1. Tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah mengukur tekanan darah.

B.Fase Orientasi

1. Salam terapeutik : selamat pagi,bu?

2. Evaluasi/Validasi

- bagaimanan perasaan ibu saat ini?

- bagaimana ibu, apakah semalam tidurnya nyenyak?

3. Kontrak (Topik,waktu dan tempat)

sesuai dengan janji kita kemarin, maka hari ini saya akan mengukur tekanan darah pada ibu waktunya ± 10 menit. Tindakan ini akan saya lakukan disini bu?bagaimana bu, apakah ibu sudah siap?

4. Tujuan

baik ibu, saya mengukur tekanan darah dengan tujuan untuk mengetahui tekanan darah ibu sudah kembali normal atau tidak.

  1. Fase Kerja
  1. baik, ibu sekarang posisi tidur ibu saya atur dulu yah? Supaya ibu merasa lebih nyaman sehingga memudahkan saya melakukan tindakannya.
  2. sekarang saya pasang manset/alat tensinya dulu ya pada lengan kanan ibu nanti kalau ibu merasa sakit saat saya ukur, tahan sebentar ya bu. . . tidak lama kok bu.
  3. baiklah ibu sedah selesai saya mengukur tekanan darah ibu.

  1. Terminasi

1. Evaluasi Respon Klien

- Evaluasi subjektif :

Bagaimana perasaan ibu setelah saya mengukur tekanan darah ibu tadi?

2. Rencana Tindak Lanjut

- ibu, tadi hasil tensi ibu 190/100 mmHg tekanan darah ibu masih tinggi. Sebaiknya ibu, banyak istirahat ya bu? Agar kondisi ibu membaik.

3. Kontrak yang akan datang

ibu,nanti saya 2 jam lagi akan kembali untuk mengukur tekanan darah ibu. Mari bu, selamat pagi . . ..

FARMAKOLOGI

KEMOTHERAPI

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sejak jaman dahulu dikenal beberapa cara pengobatan untuk menyembuhkan penyakit kanker. Cara paling tua adalah pembedahan, kemudian menyusul penyinaran terhadap sel-sel tumor ganas yang peka sinar gamma dan dengan perkembangan pengetahuan mengenai struktur, fungsi, proliferasi sel dan mekanisme regulasi didalamnya, pengobatan kimiawi pada tahun-tahun terakhir maju dengan pesat.
Sitostatika merupakan salah satu pengobatan kanker yang paling banyak menunjukkan kemajuan dalam pengobatan penderita kanker. Karena itu pula harapan dan tumpuan dunia medis terhadap efek pengobatan dengan sitostatika terus meningkat. Sejala dengan harapan tersebut upaya menyembuhkan atau sekurangnya mengecilkan ukuran kanker dengan sitostatika terus meluas.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Sitostatika
Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel – sel secara fraksional ( fraksi tertentu mati), sehingga 90 % berhasil daan 10 % tidak berhasil.
(Hanifa Wignjosastro, 1997)
B. Tujuan Pemberian Kemoterapi
? Meringankan gejala
? Mengontrol pertumbuhan sel- sel kanker

C. Cara Pemberian
Cara pemberian obat sitostatika dapat dilakukan secara :
1.
PO : Per Oral
2. SC : Sub Cutan
3. IM : Intra Muscular
4. IV : Intra Vena
5. IT : Intra Thecal
6. IP : Intra Peritoneal / Pleural

• Pemilihan vena dan tempat penusukan
Pemilihan vena dan arteri yang tepat serta peralatan yang harus dipakai ditentukan oleh usia pasien, status vena dan obat yang diberikan melalui infus. Lakukan pemilihan vena diatas area yang lentur serta pemilihan iv cateter yang paling pendek dan ukurannya yang paling kecil yang sesuai. Vena yang sering digunakan adalah : Basillic, cephalica dan metakarpal. Tempat penusukan harus diganti setiap 72 jam dan vena yang cocok untuk penusukan terasa halus dan lembut, tidak keras dan menonjol serta memilih vena yang cukup lebar untuk tempat peralatan, media kemoterapi dapat membuat iritasi pada vena dan jarigan lunak.

D. Prosedur
1. a. Persiapan
• Sebelum diberikan kemoterapi maka harus dipersiapkan ukuran TB, BB, luas badan, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, gula darah, urin lengkap, EKG, foto thorax AP/lateral, Ekokardiografi, BMP.
• Periksa protokol dan program terapi yang digunakan, serta waktu pemberian obat sebelumnya.
• Periksa nama pasien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat.
• Periksa adanya inform concernt baik dari penderita maupun keluarga.
• Siapkan obat sitostatika
• Siapkan cairan NaCl 0,9 %, D5% atau intralit.
• Pengalas plastik, dengan kertas absorbsi atau kain diatasnya
• Gaun lengan panjang, masker, topi, kaca mata, sarung tangan, sepatu
• Spuit disposible 5cc, 10cc, 20 cc, 50 cc.
• Infus set dan vena kateter kecil
• Alkohol 70 % dengan kapas steril
• Bak spuit besar
• Label obat
• Plastik tempat pembuangan bekas
• Kardex (catatan khusus)

b. Cara kerja
Semua obat dicampur oleh staf farmasi yang ahli dibagian farmasi dengan memakai alat “biosafety laminary airflow” kemudian dikirim ke bangsal perawatan dalam tempat khusus tertutup. Diterima oleh perawat dengan catatan nama pasien, jenis obat, dosis obat dan jam pencampuran.
Bila tidak mempunyai biosafety laminary airflow maka, pencampuran dilakukan diruangan khusus yang tertutup dengan cara :

  1. Meja dialasi dengan pengalas plastik diatasnya ada kertas penyerap atau kain
  2. Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sepatu.
  3. Ambil obat sitostatika sesuai program, larutkan dengan NaCl 0,9%, D5% atau intralit.
  4. Sebelum membuka ampul pastikan bahwa cairan tersebut tidak berada pada puncak ampul. Gunakan kasa waktu membuka ampul agar tidak terjadi luka dan terkontaminasi dengan kulit. Pastikan bahwa obat yang diambil sudah cukup, dengan tidak mengambil 2 kali
  5. Keluarkan udara yang masih berada dalam spuit dengan menutupkan kapas atau kasa steril diujung jarum spuit.
  6. Masukkan perlahan-lahan obat kedalam flabot NaCl 0,9 % atau D5% dengan volume cairan yang telah ditentukan
  7. Jangan tumpah saat mencampur, menyiapkan dan saat memasukkan obat kedalam flabot atau botol infus.
  8. Buat label, nama pasien, jenis obat, tanggal, jam pemberian serta akhir pemberian atau dengan syringe pump.
  9. Masukkan kedalam kontainer yang telah disediakan.
  10. Masukkan sampah langsung ke kantong plastik, ikat dan beri tanda atau jarum bekas dimasukkan ke dalam tempat khusus untuk menghindari tusukan.

2. Prosedur cara pemberian kemoterapi
• Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara pemberian, waktu pemberian dan akhir pemberian.
• Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sarung tangan dan sepatu.
• Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik
• Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan infus
• Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan, zofran, kitril secara intra vena)
• Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 %
• Beri obat kanker secara perlahn-lahan (kalau perlu dengan syringe pump) sesuai program
• Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%
• Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong plastik dan diikat serta diberi etiket.
• Buka gaun, topi, asker, kaca mata kemudian rendam dengan deterjen. Bila disposible masukkkan dalam kantong plasrtik kemudian diikat dan diberi etiket, kirim ke incinerator / bakaran.
• Catat semua prosedur
Awasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah jam dan awasi adanya tanda-tanda ekstravasasi.

E. Prinsip Kerja Kemoterapi
Prinsip kerja Kemoterapi adalah membunuh sel-sel yang cepat berkembang biak (terutama sel-sel kanker) dengan merusak atau mengganggu proses pembelahan sel.

F. Efek Samping Kemoterapi dan Penanganannya
Efek samping kemoterapi yang sering terjadi dan penanganannya:
1. Rambut rontok / menipis
Bersifat sementara. Rambut akan tumbuh kembali jika obat dihentikan.
2. Mual / muntah
Tetap berikan makan dalam porsi kecil tapi sering. Hindari makanan yang terlalu manis, berminyak/ berlemak dan permen. Biasanya diberikan obat anti muntah oleh dokter.
3. Sembelit
Berikan makanan tinggi serat, misal sayuran dan buah-buahan. Minum banyak. Biasanya jika lebih dari 3 hari tidak berak, akan diberikan obat oleh dokter.
4. Diare
Hindari makanan yang pedas / asam. Beri minum banyak dan makanan yang lunak. Jika mencret lebih dari 1 hari akan diberikan obat oleh dokter.
5. Stomatitis / sariawan / gomen
Pelihara kebersihan mulut. Gunakan sikat gigi yang lembut. Biasanya akan diberikan obat oles oleh dokter.
6. Penurunan daya tahan tubuh
Hindari sumber-sumber infeksi dengan menjauhkan anak dari orang yang sedang flu, sakit tenggorokan, cacar air, sakit kulit dan lain-lain. Pelihara kebersihan badan. Cuci tangan sebelum makan dan sebelum atau setelah menyentuh anak.
7. Perubahan kulit : kering, gatal
Jaga kebersihan kulit. Gunakan pelembab yang tidak mengandung alkohol. Pakai baju yang longgar.
G. Syarat pemberian obat Kemoterapi
Sebelum pengobatan dimulai beberapa kondisi pasien harus dipenuhi yaitu :
1. Keadaan umum harus cukup baik
2. Penderita mengerti pengobatan dan mengetahui efek samping yang akan terjadi
3. Faal ginjal ( kadar ureum < 40 mg % dan kadar kreatinin < 1,5 mg % ) dan faal hati baik
4. Diagnosis hispatologik diketahui
5. Jenis kanker diketahui sensitif terhadap kemoterapi
6. Hemoglobin > 10 gr %
7. Leucosit > 5000 / ml
8. Trombosit > 100.000 / ml


BAB III
PENUTUP

Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel – sel secara fraksional ( fraksi tertentu mati), sehingga 90 % berhasil daan 10 % tidak berhasil.
Tujuan Pemberian Kemoterapi : Meringankan gejala, Mengontrol pertumbuhan sel- sel kanker
Cara pemberian obat sitostatika dapat dilakukan secara :
PO : Per Oral, SC : Sub Cutan, IM : Intra Muscular, IV : Intra Vena, IT : Intra Thecal, IP : Intra Peritoneal / Pleural
Prinsip kerja Kemoterapi adalah membunuh sel-sel yang cepat berkembang biak (terutama sel-sel kanker) dengan merusak atau mengganggu proses pembelahan sel.
Persiapan pencampuran obat memakai alat “biosafety laminary airflow” untuk menghindari adanya efek terhadap petugas yang mempersiapkan obat kemotherapi.
Efek samping kemoterapi yang sering terjadi adalah:
Rambut rontok / menipis, Mual / muntah, Sembelit, Diare, Stomatitis / sariawan / gomen, Penurunan daya tahan tubuh, Perubahan kulit : kering, gatal

DAFTAR PUSTAKA

1. Gale Daniele, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, EGC, Jakarta, 2000
2. Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001
3. R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC ; 1997
4. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
Jakarta : EGC; 2001