Sabtu, 10 September 2011

makalah keperawatan gerontik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.

Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.

Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Tak kenal maka tak sayang, mungkin istilah ini tepat untuk menggambarkan ketakutan seseorang saat divonis oleh dokter menderita rematik. Rematik bukanlah akhir dari segalanya, oleh karena itu kenalilah sejak dini tanda-tandanya. Setiap jenis remaik memiliki gejala yang berbeda-beda. Jika dua orang mengeluh nyeri pada lutut belum tentu keduanya menderita jenis yang sama.

Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun.

Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit sendi lainnya.

1.2 Tujuan

Tujuan Umum :

Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan yang tepat bagi lansia dengan penyakit osteoatritis.

Tujuan Khusus :

Kami sebagai perawat memahami pengkajian asuhan keperawatan, perencanaan tindakan, diagnosa keperawatan, evaluasi tindakan, dan mendokumentasikan tindakan pada kasus lansia dengan penyakit osteoatritis.

1.3 Ruang Lingkup

A. Pengertian Osteoatritis

B. Etiologi Osteoatritis

C. Patofisiologi Osteoartritis

D. Manifestasi Klinis Osteoartritis

E. Faktor Resiko Osteoartritis

F. Pencegahan Osteoartritis

G. Pemeriksaan Penunjang Osteoartritis

H. Penatalaksanaan Osteoartritis

I. Terapi Osteoartritis

J. Penatalaksanaan

K. Kasus

1.4 Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam penulisan ini terdiri dari empat bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, yang berisi latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teori, yang berisi Pengertian Osteoatritis, Etiologi Osteoatritis, Patofisiologi Osteoartritis, Manifestasi Klinis Osteoartritis, Faktor Resiko Osteoartritis, Pencegahan Osteoartritis, Pemeriksaan Penunjang Osteoartritis, Penatalaksanaan Osteoartritis, Terapi Osteoartritis, dan Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III : Pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, rencana dan keperawatan

BAB IV : Tinjauan kasus, diagnosa keperawatan pada kasus, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi pada kasus

BAB V : Simpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Osteoartritis

Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.

Penyakit Sendi Degeneratif ( osteoartritis) adalah penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui (Kalim, IPD,1997).Atau gangguan pada sendi yang bergerak ( Price & Wilson,1995). Osteoarthritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoarthritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).

B. Etiologi Osteoartritis

Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :

1. Umur.

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.

2. Jenis Kelamin.

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

3. Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.

4. Suku.

Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari pada orang kulit putih.

Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.

5. Kegemukan

Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).


C. Patofisiologi Osteoartritis

Umur, jenis kelamin, genetik, kegemukan

Kerusakan fokal tulang rawan
pembentukan tulang baru pada sendi yang progresif
tulang rawan, sendi dan tepi sendi


Perubahan metabolisme tulang

Peningkatan aktivitas enzim yang merusak makro molekul matriks tulang rawan sendi

Penurunan kadar proteoglikan


Berkurangnya kadar proteoglikan


Perubahan sifat sifat kolagen


Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi

Permukaan tulang rawan sendi terbelah pecah dengan robekan


\ Timbul laserasi


OSTEOARTRITIS

D. Manifestasi Klinis Osteoartritis

Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain;

1. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.

2. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.

3. Kaku pagi

Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.

4. Krepitasi

Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

5. Pembesaran sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.

6. Perubahan gaya berjalan

Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

E. Faktor Resiko Osteoartritis

1. Umur : proses penuaan

2. Sex, menopause (>50 tahun)

3. Genetic

4. Obesitas dan penyakit metabolic

5. Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga

6. Kelainan pertumbuhan

F. Pencegahan Osteoartritis

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, agar kita terhindar dari osteoarthritis :

1. Menghindari olahraga yang bisa meyebabkan sendi terluka

2. Mengontrol berat badan agar berat yang ditopang oleh sendi menjadi ringan

3. Minum obat untuk mencegah osteoarthritis

G. Pemeriksaan Penunjang Osteoartritis

Pada pemeriksaan laboratorium darah tepi, imunologi dan cairan sendi umumnya tidak ada kelainan, kecuali osteoarthritis yang disertai paeradangan.pada pemerikasaan radiology didapatkan penyempitan rongga sendi disertai sclerosis tepi persendian. Mungkin terjadi deformitas, osteoarthritis atau pembentukan kista juksta artikular. Kadang-kadang tampak gambaran taji(spur formation), liping pada tepi-tepi tulang, dan adanya tulang-tulang yang lepas.

H. Penatalaksanaan Osteoartritis

1. Medikamentosa

Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis

a. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.

b. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

c. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera

d. Dukungan psikososial

e. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat

f. Diet untuk emnurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan

2. DIET RENDAH PURIN:

Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas normal.

Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:

Golongan bahan makanan

Makanan yang boleh diberikan

Makanan yang tidak boleh diberikan

Karbohidrat

Protein hewani

Protein nabati

Lemak

Sayuran

Buah-buahan

Minuman

Bumbu, dll

Semua

Daging atau ayam, ikan tongkol, bandeng 50 gr/hari, telur, susu, keju

Kacang-kacangan kering 25 gr atau tahu, tempe, oncom

Minyak dalam jumlah terbatas.

Semua sayuran sekehendak kecuali: asparagus, kacang polong, kacang buncis, kembang kol, bayam, jamur maksimum 50 gr sehari

Semua macam buah

Teh, kopi, minuman yang

mengandung soda

Semua macam bumbu

Sardin, kerang, jantung, hati, usus, limpa, paru-paru, otak, ekstrak daging/ kaldu, bebek, angsa, burung.

Asparagus, kacang polong, kacang buncis, kembang kol, bayam, jamur maksimum 50 gr sehari

Alkohol

Ragi


I. Terapi
Osteoartritis

1. Terapi Farmakologi

Semua obat memiliki efek samping yang berbeda, oleh karena itu, penting bagi pasien untuk membicarakan dengan dokter untuk mengetahui obat mana yang paling cocok untuk di konsumsi. Berikut adalah beberapa obat pengontrol rasa sakit untuk penderita osteoarthritis :

a. Acetaminophen

Merupakan obat pertama yang di rekomendasikan oleh dokter karena relatif aman dan efektif untuk mengurangi rasa sakit.

b. NSAIDs (nonsteroidal anti inflammatory drugs)

Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi. Mempunyai efek samping,
yaitu menyebabkan sakit perut dan gangguan fungsi ginjal.\

c. Topical pain

Dalam bentuk cream atau spray yang bisa digunakan langsung pada kulit yang terasa sakit.

d. Tramadol (Ultram)

Tidak mempuyai efek samping seperti yang ada pada acetaminophen dan NSAIDs.

e. Milk narcotic painkillers

Mengandung analgesic seperti codein atau hydrocodone yang efektif mengurangi rasa sakit pada penderita osteoarthritis.

f. Corticosteroids

Efektif mengurangi rasa sakit.

g. Hyaluronic acid

Merupakan glycosaminoglycan yang tersusun oleh disaccharides of glucuronic aciddan N-acetygluosamine. Disebut juga viscosupplementation. Digunakan dalam perawatan pasien osteoarthritis. Dari hasil penelitian yang dilakukan, 80% pengobatan dengan menggunakan hyaluronic acid mempunyai efek yang lebih kecil dibandingkan pengobatan dengan menggunakan placebo. Makin besar molekul hyaluronic acid yang diberikan, makin besar efek positif yang di rasakan karena hyaluronic acid efektif mengurangi rasa sakit.

h. Glucosamine dan chondroitin sulfate

Mengurangi pengobatan untuk pasien osteoarthritis pada lutut.

2. Terapi Non Farmakologi

Ada beberapa cara dalam penanganan osteoarthritis non farmakologi, diantaranya :

a. Olahraga

Olahraga dapat mengurangi rasa sakit dan dapat membantu mengontrol berat badan. Olahraga untuk osteoarthritis misalnya berenang dan jogging.

b. Menjaga sendi

Menggunakan sendi dengan hati-hati dapat menghindari kelebihan stres pada sendi.

c. Panas/dingin

Panas didapat, misalnya dengan mandi air panas. Panas dapat mengurangi rasa sakit pada sendi dan melancarkan peredaran darah. Dingin dapat mngurangi pembengkakan pada sendi dan mengurangi rasa sakit. Dapat didapat dengan mengompres daerah yang sakit dengan air dingin.

d. Viscosupplementation

merupakan perawatan dari Canada untuk orang yang terkena osteoarthritis pada lutut, berbentuk gel.

e. Pembedahan

Apabila sendi sudah benar-benar rusak dan rasa sakit sudah terlalu kuat, akan dilakukan pembedahan. Dengan pembedahan, dapat memperbaiki bagian dari tulang.

f. Akupuntur

Dapat mengurangi rasa sakit dan merangsang fungsi sendi.

g. Pijat

Pemijatan sebaiknya dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya.

h. Vitamin D,C, E, dan beta karotin

untuk mengurangi laju perkembangan osteoarthritis.

i. Teh hijau

Memiliki zat anti peradangan.

J. Penatalaksanaan

1. Obat obatan

Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.

2. Perlindungan sendi

Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).

3. Diet

Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.

4. Dukungan psikososial

Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.

5. Persoalan Seksual

Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.

6. Fisioterapi

Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.

7. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular ©2004 Digitized by USU digital library 6 memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.

8. Operasi

Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOARTRITIS

Pengkajian Osteoartritis

1. Aktivitas/Istirahat

Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada sendi : kekakuan pada pagi hari.

Keletihan

Tanda: Malaise

Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot

2. Kardiovaskuler

Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun

3. Integritas Ego

Gejala: Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor hubungan

Keputusasaan dan ketidak berdayaan

Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya ketergantungan pada orang lain

4. Makanan atau Cairan

Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat : mual.

Anoreksia

Kesulitan untuk mengunyah

Tanda: Penurunan berat badan

Kekeringan pada membran mukosa

5. Higiene

Gejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan pada orang lain.

6. Neurosensori

Gejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan

Tanda: Pembengkakan sendi

7. Nyeri / Kenyamanan

Gejala: fase akut dari nyeri

Terasa nyeri kronis dan kekakuan

KEAMANAN

Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga

Kekeringan pada mata dan membran mukosa

INTERAKSI SOSIAL

Gejala: kerusakan interaksi dan keluarga / orang lain : perubahan peran: isolasi

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOARTRITIS.

Diagnosa 1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulang

Kriteria hasil: nyeri hilang atau tekontrol

INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri

  • kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal.
  • berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.
  • biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
  • dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak.
  • anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi.
  • berikan masase yang lembut

kolaborasi

· Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil salisilat.

· Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program.

· Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri.

· Pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.

· Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi.

· Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan.

· Meningkatkan elaksasi/mengurangi tegangan otot.

· Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.

Diagnosa 2 : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.

Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.

INTERVENSI

RASIONAL

  • Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.
  • Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.
  • Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
  • Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu.
  • Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid.
  • Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.
  • Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
  • Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
  • Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh.
  • Untuk menekan inflamasi sistemik akut.


Diagnosa 3 : Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang.

Kriteria Hasil : Klien dapat me mpertahankan keselamatan fisik.

INTERVENSI

RASIONAL

  • Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam siapkan lampu panggil .
  • Memantau regimen medikasi .
  • Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan perhatiannya ketimbang mengagetkannya.
  • Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan.
  • Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi, mengegetkan pasien akan meningkatkan ansietas.

Diagnosa 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeri

Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur.

INTERVENSI

RASIONAL

Madiri

  • Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan biasanya dan perubahan yang terjadi.
  • Berikan tempat tidur yang nyaman.
  • Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru.
  • Instruksikan tindakan relaksasi.
  • Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage.
  • Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi: rendahkan tempat tidur bila mungkin.
  • Hindari mengganggui bila mungkin, misalnya membangunkan untuk obat atau terapi

Kolaborasi

  • Berikan sedative, hipnotik sesuai indikasi

  • Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
  • Meningkatkan kenyamaan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis.
  • Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas yang berhubungan dapat berkurang.
  • Membantu menginduksi tidur.
  • Meningkatkan efek relaksasi.
  • Dapat merasakan takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur, pagar tempat untuk membantu mengubah posisi .
  • Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan pasien mungkin mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun.
  • Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat.

Diagnosa 5 : Defisit perawatan diri b/d nyeri

Kriteri Hasil : Klien dapat melaksanakan aktivitas per awatan sendiri secara mandiri

. INTERVENSI

RASIONAL

  • Kaji tingkat fungsi fisik .
  • Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan progran latihan.
  • Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi lingkungan.
  • Identifikasikasi untuk perawatan yang diperlukan, misalnya; lift, peninggian dudukan toilet, kursi roda
  • Mengidentifikasi tingkat bantuan/dukungan yang diperlukan.
  • Mendukung kemandirian fisik/emosional.
  • Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri.
  • Memberikan kesempatan untuk dapat melakukan aktivitas secara mandiri

Diagnosa 6 : Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.

Kriteria hasil : mengungkapkan peningkatan rasa percaya kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.

INTERVENSI

RASIONAl

Mandiri

  • Dorong pengungkapan mengenai masalah mengenai proses penyakit, harapan masa depan.
  • Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangan pribadi psien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek seksual.
  • Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaiman orang terdekat menerima keterbatasan.
  • Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
  • Perhatikan perilaku menarik diri, penguanan menyangkal atau terlalu memperhatikan tubuh/perubahan.
  • Susun batasan pada prilaku maladaptive. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.
  • Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.

Kolaborasi

  • Rujuk pada konseling psikiatri.
  • Berikan obat-obat sesuai petunjuk

  • Beri kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesal menghadapinya secara langsung.
  • Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi atau konseling lebih lanjut.
  • Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri.
  • Nyeri melelahkan, dan perasaan marah, bermusuhan umum terjadi.
  • Dapat menunjukkan emosional atau metode maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut atau dukungan psikologis.
  • Membantu pasien mempertahankan kontrol diri yang dapat meningkatkan perasaan harga diri.
  • Meningkatkan perasaan kompetensi/harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong partisipasi dan terapi.
  • Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkadukungann selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ketidakmampuan.
  • Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemampuan koping yang efektif.


BAB IV

TINJAUAN KASUS

1 Kasus

Perawat malakukan kunjungan ke panti social werdha budi mulya 3 ciracas, Jakarta timur. Pada hari jumat 07 januari 2011. Perawat melakukan pengkajian terhadap Ny.S. dari data yang diperoleh dari petugas panti Ny.S masuk ke panti pada tanggal 12 februari 2007. Selain itu, data yang didapat yaitu usia Ny.S saat ini 67 tahun, Ny.S dirawat di ruang Anggrek. Saat dilakukan wawancara Ny.S sangat kooperatif Ny.S mengatakan masuk panti atas keinginannya sendiri karena saat berada dirumah Ny.S selalu direpotkan oleh cucunya. Ny.S mengatakan mempunyai 2 orang anak, anak pertamanya laki-laki dan anak keduanya perempuan. Ny.S mengatakan bahwa dia berasal dari suku jawa dan beragama katolik.

Ny. S bercerita bahwa dulunya dia adalah seorang penari dan suaminya seorang dalang. Ny. S terlihat bersemangat saat menceritakan masa lalunya. klien terlihat lebih banyak duduk dan berhati- hati saat berjalan.

Ny. S mengatakan sangat senang berada dipanti karena banyak teman seusianya. Ny. S mengatakan anaknya jarang mengunjunginya, karena sibuk berkerja. Ny. S jarang mengikuti kegiatan kerohanian yang ada dipanti, karena lututnya terasa nyeri saat digerakan sehingga Ny.S lebih sering berdoa didalam kamar.

Ny. S mengatakan bahwa dia menderita reumatik, hal itu terjadi karena kebiasaan mandi malam ketika masih muda. Ny. S mengatakan lututnya terasa nyeri dan ngilu ketika digerakan. Ny. S mengatakan tidak kuat untuk berjalan lama. Ny. S mengatakan kaku pada tekuk lehernya. Ny.S mengatakan bahwa lututnya sering sakit. Ny.S mengatakan jika lututnya nyeri biasanya Ny.S mengoleskan minyak angin pada area lutut sambil dipijat - pijat. Ny.S tampak meringis saat memijat - mijat lututnya. Ny.S mengatakan mandi 2 x sehari.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data sebagai berikut : kesadaran umum : compos mentis ( CM ),Td : 130/90 mmHg, N = 70x/ mnt, RR = 18x/mnt, S= 35,8 C, skala nyeri : 6 ( 0 - 10 ), klien tampak gemuk, banyak bekas luka garukan pada area lengan dan paha, klien tampak berjalan lambat, bentuk kepala simetris, kulit kepala tampak bersih, rambut sudah banyak yang beruban ( hampir seluruhnya ), bentuk mata simetris terhadap wajah, konjungtiva an anemis, skelera an ikterik, ketajaman penglihatan masih baik, tidak memakai alat bantu kacamata, tidak memakai alat bantu gerak ( tongkat ), bentuk hidung simetris, fungsi penciuman baik, dapat membedakan bau, tidak mengalami perdarahan, bentuk telinga simetris kanan dan kiri, pendengaran masih bagus, membran mukosa lembab, tidak terdapat masa pada leher, tidak ada nyeri tekan pada abdomen, warna kulit klien sawo matang, kulit tampak keriput, auskultasi suara nafas teratur, tidak ada edema pada ekstermitas atas dan bawah. Setelah dilakukan pemeriksaan muskulosketal pada hari jumat, 14 januari 2011 adalah penilaian tenaga otot triseps brakhii kiri dan kanan normal ( C.6,7,8,N.radialis ), penilaian tenaga otot brakhioradialis kiri dan kanan masih normal ( C.5-6,N,radialis ) penilaian tenaga otot latisimus dorsi ( C.6-7-8,N,torako dorsalis ) masih normal , penilaian tenaga otot ( seharusnya ekstensi tetapi malah fleksi ) tidak ada obat - obatan yang dikonsumsi klien.

2. Analisa Data

Data

Etiologi

Masalah

DS :

- Ny. S mengatakan jarang mengikuti kegiatan kerohanian yang ada dipanti, karena lututnya merasa nyeri saat digerakan.

- Ny. S mengatakan bahwa dia menderita rematik, hal itu terjadi karena kebiasaan mandi malam ketika masih muda.

- Ny. S mengatakan bahwa lututnya sering sakit.

- Ny. S mengatakan jika lututnya nyeri biasanya.

- Ny. S mengoleskan minyak angin pada area lutut sambil dipijat-pijat.

DO :

- Kesadaran : Compos Mentis (CM).

- Skala nyeri 6 (1-10).

- TTV :TD : 130/90 mmHg

RR : 18 x/mnt

N : 70 x/mnt

S : 35,8oC

- Ny. S tampak meringis saat memijat-mijat lututnya.

Penurunan fungsi tulang

Nyeri

DS :

- Ny. S mengatakan tidak kuat untuk berjalan lama

- Ny. S mengatakan kaku pada tengkuk lehernya

DO :

- Klien terlihat lebih banyak duduk

- Klien tampak gemuk

- Klien berjalan lambat

Perubahan otot

Intoleransi aktivitas

DS :

- Ny. S mengatakan bahwa dia menderita rematik

- Ny. S mengatakan kaku pada area tengkuk leher.

- Ny. S mengatakan lututnya terasa sakit dan ngilu saat bergerak

DO :

- Klien berhati-hati saat berjalan

- Klien tampak berjalan lambat

- Pemeriksaan musculoskeletal : penilaian tenaga otot iliopsoas pada bagian kiri tidak normal (fleksi)

Perubahan fungsi tulang

Resiko tinggi cedera

3. Diagnosa Keperawatan

- Nyeri b.d Penurunan fungsi tulang

- Intoleransi aktivitas b.d Perubahan otot

- Resiko tinggi cedera b.d Perubahan fungsi tulang

4. Intervensi Keperawatan

Dx 1 : Nyeri b.d Penurunan fungsi tulang

Tujuan : Nyeri hilang atau terkontrol

Kriteria Hasil :

- Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala 3 (1-10)

- Klien terlihat rileks, dapat tidur atau istirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.

Intervensi :

1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 1-10). Catat factor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda sakit non verbal.

R/ : membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program.

2. Anjurkan klien untuk mandi air hangat / kompres air hangat / balsam pada area yang nyeri.

R/ : panas meningkatkan letak sisi otak dan mobilitas, menurunkan rasa sakit.

3. Berikan klien posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi.

R/ : tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.

4. Berikan masase yang lembut

R/ : menaikkan relaksasi atau renggangan otot

5. Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil, tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.

R/ : matras yang lembut atau empuk, bantal yang besar mencegah pemeliharan kesejajaran tubuh yang tetap. Menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi atau nyeri.

Dx 2 : Intoleransi aktivitas b.d Perubahan otot

Tujuan : Klien mempertahankan tingkat aktivitas optimal dan maksimalkan energi dengan istirahat.

Kriteria Hasil :

- Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.

- Mempertahankan posisi fungsional.

Intervensi :

1. Pertahankan istirahat tirah baring atau duduk jika diperlukan.

R/ : untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan

2. Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.

R/ : menaikkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.

3. Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu.

R/ : menghindari cedera akibat kecelakaan.

4. Awasi TD, nadi, pernafasan selama dan sesudah aktivitas. Catat respon terhadap tingkat aktivitas.

R/ : manifestasi kardiopulmunal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.

5. Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, termasuk aktivitas yang pasien pandang perlu. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi

R/ : meningkatkan secara bertahap tingkat aktifitas dan memperbaiki tonus otot atau stamina tanpa kelemahan. Meningkatkan harga diri dan rasa terkontrol.

Dx 3 : Resiko tinggi cedera b.d Perubahan fungsi tulang

Tujuan : cedera tidak terjadi

Kriteria Hasil : klien dapat mempertahankan keselamatan fisik.

Intervensi :

1. Kendalikan lingkungan dengan : menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi pontensial ceder akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penjegahan tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam hari, siapkan lampu panggilan.

R/ : lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan.

2. Bantu dengan ambulasi dan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.

R/ : mencegah jatuh dengan cedera

3. Anjurkan untuk berjalan atau bangkit dari duduk dan tidur dengan perlahan.

R/ : mengurangi resiko cedera

5.Implementasi Keperawatan

No

Dx keperawatan

Tempat tanggal, jam

Implementasi

Evaluasi

Ttd

1.

Nyeri b.d penurunan fungsi tulang

Panti werdha budi mulya 3 ciracas Jakarta timur 14 januari 2011

Jam 09.00-11.00

1. Mengkaji keluhan nyeri, mencatat lokasi dan intensitas skala nyeri 6

2. Menganjurkan klien untuk menggunakan balsem agar hangat pada area yang nyeri

3. Memberikan klien posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk

4. Memberikan masase yang lembut.

5. Memberikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Meninggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan

S :

1. Klien mengatakan lututnya tidak nyeri bila dioles balsam

2. Klien mengatakan merasa nyaman ketika linen tempat tidurnya ditinggikan

3. Klien mengatakan lebih santai saat lututnya dimasase

O :

1. Klien memijat-mijatkan kakinya

2. Skala nyeri terkontrol = 3

A :

1. Masalah sudah teratasi sebagian

P :

1. Lanjutkan ke diagnosa 2

2.

Intoleransi aktivitas b.d Perubahan otot

Panti werdha budi mulya 3 ciracas Jakarta timur 14 januari 2011

Jam 09.00-11.00

1. Mempertahankan istirahat tirah baring /duduk jika diperlukan

2. Membantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin

3. Memberikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat Bantu

4. Mengawasi TD, Nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas. mencatat respon terhadap tingkat aktivitas

5. Merencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien termasuk aktivitas yang pasien bisa lakukan

S :

1. Klien mengatakan tidak sanggup berjalan lama

2. Klien mengatakan lelah ketika berjalan jauh

O :

1. Klien tampak lemah

2. Klien berjalan lambat

3. Klien mau melakukan latihan ringan

A :

Masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan ke diagnosa 3

3.

Resiko cedera b.d penurunan fungsi tulang

Panti werdha budi mulya 3 ciracas Jakarta timur 14 januari 2011

Jam 09.00-11.00

1. Mengendalikan lingkuangn dengan menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam hari, siapkan lampu panggil

2. Membantu dengan ambulasi dan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan

3. Menganjurkan untuk berjalan atau bangkit dari duduk dan tidur dengan perlahan

S :

1. Klien mau latihan

2. Klien tidak takut ketika berjalan

O :

1. Lingkungan rawat klien tertata rapi

2. Posisi tempat tidur klien rendah

3. Klien tampak pelan-pelan saat bangun dari tempat tidur

A :

Masalah teratasi

P :

Pertahankan lingkungan yang aman bagi klien


BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah : umur, jenis kelamin, genetik, suku, kegemukan. Tanda dan gejala Osteoatritis yaitu nyeri sendi, hambatan gerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi (deformitas), perubahan gaya berjalan

B. Saran

a. Diharapkan pembaca makalah ini dapat memahami tentang asuhan keperawatan Osteoatritis pada lansia

b. Diharapkan penulis dan calon perawat lainnya dapat memberikan penyuluhan atau pemahaman mengenai penyakit Osteoatritis pada lansia


DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Kalim, Handono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Mansjoer, Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Prince, Sylvia Anderson. 2000. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4,

Jakarta : EGC.

R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999). Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Jakarta :

Balai Penerbit FK Universitas Indonesia

http://nurwahidahnersuh07.blogspot.com/2009/10/asuhan-keperawatan-osteoartritis.html