Sabtu, 05 Februari 2011

ANALISA KASUS chronic osteomyelitis

ANALISA KASUS

4.1 KASUS

A chronic osteomyelitis of 20 years duration. The patient had multiple surgical procedures and treatments with antibiotics, but continued to have a draining sinus in the lower leg. In the area adjacent to the draining sinus, soft tissue swelling and signs of chronic infection and previous surgical treatment can be seen. X-rays revealed the presence of chronic osteomyelitis in the tibia. Areas of radiolucency are present at the base of the wound that are compatible with erosion of bone due to infection. Although the bone is stable with no evidence of fracture or non-union, the extent and chronic nature of the infection may have required debridement that would weaken or destabilize the tibia.

A debridement was performed to remove the bulk of the surrounding inflammatory tissue and infected bone. This left a defect of soft tissue and a raw surface of tibia. Enough bone was still present to provide lower extremity stability. Some scarring was left behind to minimize the size of the open wound and to reduce post-operative discomfort. The bulk of the unstable and thin scar would be excised at the flap procedure. A latissimus muscle flap was used to fill the defect in the tibia and resurface the area of scar tissue that was removed. The latissimus muscle has a long vascular leash and could reach proximal to the point where the patient's anterior tibial artery showed evidence of injury.

4.2 PENGKAJIAN

1. Data Fokus, meliputi :

a. DS:

- Klien mengatakan pernah dilakukan prosedur bedah

- Klien mengatakan pernah dilakukan pengobatan dengan antibiotik,

- Klien mengatakan pernah dilakukan drainase luka ditungkai bawah

- Klien mengatakan menderita osteomielitis sejak 20 tahun lalu

b. DO:

1) Klien terlihat terpasang drainase luka ditungkai bawah

2) Area yang berdekatan dengan drainase luka jaringan lunaknya telihat bengkak dan terdapat tanda-tanda infeksi kronis

3) X- ray menyatakan adanya osteomielitis kronik di tibia

4) Hasil X-ray : didasar luka terdapat erosi tulang akibat infeksi

5) Tidak ada fraktur tulang

6) Terdapat kerusakan jaringan lunak dan permukaan kulit pada tibia

7) Tulang masih cukup untuk memberikan stabilitas pada ekstermitas bawah

8) Terdapat jaringan parut disekitar jaringan yang mengalami peradangan dan tulang yang terinfeksi

c. Data tambahan

1) klien mengatakan nyeri pada bagian tungkai bila disentuh

2) skala nyeri 7 (0-10)

4.3 ANALISA DATA

NO.

DATA

PROBLEM

ETIOLOGI

1.

Ds :

- Klien mengatakan menderita osteomielitis sejak 20 tahun lalu

- Klien mengatakan sudah dilakukan prosedur bedah

- Klien mengatakan pernah dilakukan pengobatan dengan antibiotik.

- Klien mengatakan pernah dilakukan drainase luka ditungkai bawah.

Do :

- Klien terlihat terpasang drainase luka ditungkai bawah

- Area yang berdekatan dengan drainase luka jaringan lunaknya telihat bengkak dan terdapat tanda infeksi kronik.

- X- ray menyatakan adanya osteomielitis kronik di tibia

- Hasil X-ray : didasar luka terdapat erosi tulang akibat infeksi

- Tidak ada fraktur tulang

- Terdapat kerusakan jaringan lunak dan permukaan kulit pada tibia

Resiko penyebarluasan infeksi

Abses tulang

2

Ds : -

Do :

- Klien terlihat terpasang drainase luka ditungkai bawah

- Area yang berdekatan dengan drainase luka jaringan lunaknya telihat bengkan dan terdapat tanda infeksi kronik

- Hasil X-ray : didasar luka terdapat erosi tulang akibat infeksi

- Terdapat kerusakan jaringan lunak dan permukaan kulit pada tibia

- Tulang masih cukup untuk memberikan stabilitas pada ekstermitas bawah

Gangguan mobilitas fisik

Kerusakan rangka neuromuskuler

3

Ds :

- Klien mengatakan pernah dilakukan prosedur bedah

- Klien mengatakan pernah dilakukan pengobatan dengan antibiotik,

- Klien mengatakan pernah dilakukan drainase luka ditungkai bawah

- Klien mengatakan menderita osteomielitis sejak 20 tahun lalu

Do :

- Klien terlihat terpasang drainase luka ditungkai bawah

- Area yang berdekatan dengan drainase luka jaringan lunaknya telihat bengkak dan terdapat tanda-tanda infeksi kronis

- X- ray menyatakan adanya osteomielitis kronik di tibia

- Hasil X-ray : didasar luka terdapat erosi tulang akibat infeksi

- Terdapat kerusakan jaringan lunak dan permukaan kulit pada tibia

- Terdapat jaringan parut disekitar jaringan yang mengalami peradangan dan tulang yang terinfeksi

manajemen yang tidak efektif dari rejimen terapeutik

kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan jangka panjang osteomyelitis

4.

Ds :

- klien mengatakan nyeri pada bagian tungkai bila disentuh

Do :

- Area yang berdekatan dengan drainase luka jaringan lunaknya telihat bengkak dan terdapat tanda infeksi kronik

- Terdapat kerusakan jaringan lunak dan permukaan kulit pada tibia

- skala nyeri 7 (0-10)

Nyeri

Inflamasi dan pembengkakan

4.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko penyebarluasan infeksi b.d abses tulang

2. Gangguan mobilitas fisik b.d Kerusakan rangka neuromuskuler

3. Manajemen yang tidak efektif dari rejimen terapeutik b.d kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan jangka panjang osteomyelitis

4. Nyeri b.d inflamasi dan pembengkakan

4.5 PERENCANAAN KEPERAWATAN

1. Diagnosa 1: Resiko penyebarluasan infeksi b.d. abses tulang

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi penyebaran infeksi

Kriteria hasil :

- Pengeluaran drainase luka lancar

- Tidak terdapat tanda – tanda penyebaran infeksi

- Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko penyebaran infeksi

Intervensi :

a. Fasilitasi dalam hal pengontrolan infeksi, sterilisasi dan prosedur/ kebijakan aseptik

Rasional: tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi

b. Memantau respon pasien terhadap terapi antibiotika

c. Melakukan observasi tempat pemasangan infus adanya bukti flebitis atau infiltrasi

d. Pantau Kesehatan umum dan nutrisi pasien. Diet protein seimbang vitamin C dan vitamin D

Rasional: Untuk menyakinkan adanya keseimbangan nitrogen dan merangsang pertumbuhan

2. Diagnosa 2: Kerusakan mobilitas fisik b.d. Kerusakan rangka neuromuskuler

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3 x 24 jam mobilitas klien meningkat

Kriteria Hasil :

- Pengeluaran drainase luka lancar

- Tidak tanda – tanda penyebaran infeksi

Intervensi :

- Berikan program pengobatan dengan membatasi aktivitas klien.

- Anjurkan klien untuk melindungi tulang dengan alat imobilisasi dan hindarkan stres pada tulang karena tulang menjadi lemah akibat proses infeksi.

- Berikan pemahaman tentang rasional pembatasan aktivitas.

- Anjurkan klien untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari dalam batas fisik tetap dianjurkan untuk mempertahankan rasa sehat secara umum.

3. Diagnosa 3: Manajemen yang tidak efektif dari rejimen terapeutik b.d kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan jangka panjang osteomyelitis

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3 x 24 jam terdapat kemajuan atau peningkatan pemberian asuhan keperawatan pada klien.

Kriteria Hasil :

- Kebutuhan rejimen terapeutik klien terpenuhi dengan tidak adanya komplikasi lebih lanjut

Intervensi :

- Berikan informasi dan instruksi mengenai perawatan luka dan teknik aseptik, untuk mengurangi resiko kontaminasi silang dan mendorong penyembuhan luka.

- Review obat regimen yang mencakup jadwal, nama, dosis, tujuan, dan efek samping karena terapi antibiotik jangka panjang diperlukan.

- Tekankan pentingnya diet yang tepat, istirahat, dokter rehabilitasi tindak lanjut, dan fisik untuk memfasilitasi penyembuhan luka dan mengurangi risiko osteomyelitis kronis.

- Berikan instruksi tertulis tentang informasi yang sebelumnya bersama dengan nomor telepon untuk menelepon dengan pertanyaan.

4. Diagnosa 4: Nyeri b.d Inflamasi dan pembengkakan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 nyeri dapat dikontrol

Kriteria Hasil :

- Tanda – tanda infeksi berkurang

- Klien mengatakan rasa sakit berkurang

Intervensi :

a. Evaluasi rasa sakit, catat karakteristik, lokasi, dan intensitas (skala 0-10)

Rasional: sediakan informasi mengenai kebutuhan atau efektifitas intervensi

b. Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan

Rasional: pahami penyebab rasa ketidaknyamanan

c. Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya; latihan napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi.

Rasional: lepaskan tegangan emosional dan otot: tingkatkan perasaan kontrol yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan koping.

d. Bantu klien untuk melakukan immobilisasi dengan meggunakan bidai

Rasional :untuk mengurangi nyeri dan spasme otot

e. Bantu klien untuk meninggikan bagian tubuh yang sakit

Rasional: mengurangi pembengkakan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.

4.6 IMPLEMENTASI

Tgl / jam

Catatan Perawatan

Paraf

Diagnose 1:

Klien mengatakan menderita osteomielitis sejak 20 tahun lalu dan pernah dilakukan prosedur bedah, Klien terlihat terpasang drainase luka ditungkai bawah dan area yang berdekatan dengan drainase luka jaringan lunaknya telihat bengkak dan terdapat tanda infeksi kronik. Selain itu terdapat kerusakan jaringan lunak dan permukaan kulit pada tibia.

· Mengobservasi tempat pemasangan selang drainase adanya bukti flebitis atau infiltrasi.

Diagnose 2:

Tulang klien terlihat masih cukup untuk memberikan stabilitas pada ekstermitas bawah. Namun,dari hasil X-ray menunjukkan bahwa didasar luka klien terdapat erosi tulang akibat infeksi .

  • Memberikan program pengobatan dengan membatasi aktivitas klien.

Diagnose 3:

Klien mengatakan menderita osteomielitis sejak 20 tahun lalu pernah dilakukan prosedur bedah, dilakukan pengobatan dengan antibiotic, dan dilakukan drainase luka ditungkai bawah. Pada hasil X- ray menyatakan adanya osteomielitis kronik di tibia.

· mereview obat regimen yang mencakup jadwal, nama, dosis, tujuan, dan efek samping karena terapi antibiotik jangka panjang diperlukan.

Diagnose 4:

Area yang berdekatan dengan drainase luka jaringan lunak pada klien telihat bengkak dan terdapat tanda infeksi kronik serta kerusakan jaringan lunak dan permukaan kulit pada tibia.

  • Mengevaluasi rasa sakit, catat karakteristik, lokasi, dan intensitas (skala 0-10).

4.7 EVALUASI

Tgl / jam

Catatan Perawatan

Paraf

Diagnose 1:

· Mengobservasi tempat pemasangan selang drainase adanya bukti flebitis atau infiltrasi.

S: klien mengatakan bahwa sudah tidak terpasang selang drainase

O : Tidak terlihat infeksi pada area pemasangan selang drainase

A: Infeksi pada area pemasangan selang teratasi

P : Mempertahankan posisi pemasangan selang drainase pada klien

Diagnose 2:

· Memberikan program pengobatan dengan membatasi aktivitas klien.

S : Klien mengatakan mampu membatasi aktivitasnya

O: Klien terlihat membatasi aktivitas kesehariannya

A : Program pengobatan terkait pembatasan aktivitas klien tercapai

P : Lanjutkan program pengobatan dengan tetap memantau keseimbangan aktivitas klien dan kemampuan pergerakannya

Diagnose 3:

· Mereview obat regimen yang mencakup jadwal, nama, dosis, tujuan, dan efek samping karena terapi antibiotik jangka panjang diperlukan.

S : Klien mengatakan merasa lebih baik setelah mendapatkan terapi obat baru.

O : klien terlihat lebih optimis terhadap proses penyembuhannya.

A : pemberian terapi obat baru tercapai

P : Lanjutkan ke tindakan selanjutnya

Diagnose 4:

· Mengevaluasi rasa sakit, catat karakteristik, lokasi, dan intensitas (skala 0-10)

S : Klien mengatakan sudah tidak terasa sakit pada daerah sakit

O : Skala nyeri 4 (0-10)

A : Nyeri klien hilang terkontrol

P : Lanjutkan ke tindakan selanjutnya

Kasus (Solusio Plasenta)

Kasus

Kasus (Solusio Plasenta)

Ny.M (45 tahun) datang ke RSIA bersama suaminya dengan membawa surat rujukan dari bidan. Tertulis disurat status obstetri G6P4A1H37 mg dengan susp.solusio plasenta. Saat wawancara, klien mengeluh mengalami perdarahan melalui vagina berwarna kehitaman sejak tadi malam, disertai nyeri dan kram pada perut yang terus menerus serta janin bergerak aktif. Klien berfikir akan segera melahirkan dan datang ke bidan dekat rumah keesokan paginya, tapi klien justru dirujuk ke RS.

Klien menceritakan selama kehamilan ini baru memeriksakan kehamilannya sekali, yaitu pada saat dinyatakan (+) hamil 12 mg oleh bidan. Setelah itu tidak pernah lagi memeriksakan kehamilan karena ini bukan kehamilan yang pertama. Sebelum kehamilan ini, klien mempunyao riwayat perdarahan dan mengalami keguguran pada usia kehamilan 16 mg.

Selama pemeriksaan fisik perawat mencatat TTV sebagai berikut : TD=80/55 mmHg, N=110x/Mnt, P= 28x/Mnt, S= 36, uterus keras , tegang, seperti papan, nyeri tekan (+), TFU=36 cm, His (-), DJJ dan palpasi janin sulit. Klien terlihat pucat, lemah, tampak kesakitan, kulit teraba dingin, konjungtiva anemis, pembalut penuh dengan darah berwarna kehitaman.

Klien kemudian melakukan pemeriksaan USG dan terlihat solusio plasenta partialis dengan hematoma, DJJ 82x/Mnt, aktifitas janin lemah, perdarahan aktif (+)

Pertanyaan

1. Jelaskan patofisiologi dengan menggunakan bagan sehingga muncul tanda dan gejala !

2. Buatlah analisa data berdasarkan kasus dan tambahkan data yang seharusnya ada pada masalah keperawatan tersebut!

3. Rumuskan minimal 3 diagnosa keperawatan dan tentukan diagnosa keperawatan prioritas, berikan alasannya !

4. Buatlah perencanaan asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa yang ditegakkan meliputi tujuan, kriteria hasil, intervensi dan rasional !

5. Buatlah implementasi dan evaluasi SOAP dari diagnosa utamanya !

6. Berikan pembahasan mengenai kondisi klien dan penatalaksanaannya !

C. Analisa Data

Data

Masalah

Etiologi

Data Subjektif

1. Klien mengeluh mengalami perdarahan melalui vagina berwarna kehitaman sejak tadi malam

2. Klien mengatakan mempunyai riwayat perdarahan pada kehamilan sebelumnya

Data Objektif

1. TTV : TD= 80/55 mmHg

Nadi : 110x/menit

RR : 28x/menit

Suhu: 36 oC

2. Klien terlihat pucat, lemah

3. Kulit klien teraba dingin

4. TFU = 36 cm

5. Konjungtiva anemis

6. Pembalut penuh dengan darah berwarna kehitaman

7. Hasil pemeriksaan USG terlihat solusio plasenta parsialis dengan hematoma

8. Perdarahan aktif (+)

Data tambahan

1. Dari inspekulo, tampak darah mengalir dari ostium berwarna merah kehitaman

2. Hb (6,8 g/dL)

3. turunnya kadar fibrinogen (106 mg/L), dan meningkatnya kadar D-dimer (2,0 mg/L).

Kekurangan volume cairan

Perdarahan terus menerus

Data Subjektif

1. Klien mengeluh nyeri dan keram pada perut yang terus-menerus

Data Objektif

1. Tertulis di surat status obstetric G6P4A1H37 minggu (gestasi ke 6, pastus 4 kali, abortus 1 kali dan sekarang usia kehamilan 37 minggu)

dengan suspect solusio plasenta

2. TTV : nadi = 110 x/menit

RR = 28x/menit

3. Uterus keras

4. Uterus Tegang seperti papan

5. Nyeri tekan +

6. Klien tampak kesakitan

7. Hasil pemeriksaan USG terlihat solusio plasenta parsialis dengan hematoma

Gangguan Rasa nyaman : nyeri (akut)

Trauma jaringan

Data Subjektif

1. Klien mengeluh janin yang ada didalam kandungannya bergerak aktif

Data Objektif

1. Tertulis di surat status obstetric G6P4A1H37 minggu (gestasi ke 6, pastus 4 kali, abortus 1 kali dan sekarang usia kehamilan 37 minggu)

dengan suspect solusio plasenta

2. Dari hasil pemeriksaan fisik : His (- ), DJJ dan palpasi janin sulit

3. Dari hasil pemeriksaan USG : DJJ = 82 x /menit , Aktivitas janin lemah

Resiko gawat janin

Solusio plasenta

D.Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan terus menerus

2. Gangguan Rasa nyaman : nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan

3. Resiko gawat janin berhubungan dengan solusio plasenta


E.Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan terus menerus

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24

jam kekurangan volume cairan teratasi

Kriteria Hasil :

1. Keadaan umum baik

2. Perdarahan yang keluar 200 ml

3. Tinggi fundus uteri

1. Monitor intake dan output setiap 5-10 menit

2. Monitor tanda vital TD 120/80 mmHg, nadi: 88 x/menit, RR 22 – 24 x/menit, suhu 36-37° C)

3. Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta

tangan lainnya diletakan diatas simpisis.

4. Batasi pemeriksaan vagina dan rectum

Kolaborasi

1. Infus atau cairan intravena

2. Antibiotik

3. Transfusi whole blood ( bila perlu )

1. Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal

2. Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat

3. Merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri

4. Trauma meningkat terjadi perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom

Kolaborasi

1. Merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan

2. Mencegah infeksi yang mungkin terjadi

3. Membantu menormalkan volume cairan tubuh.

Gangguan Rasa nyaman : nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan

Tujuan:

Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam nyeri berkurang

Kriteria Hasil :

1. klien akan mengungkapkan penatalaksanaan atau reduksi nyeri

2. Uterus tidak Tegang seperti papan

3. Nyeri tekan (-)

4. Klien tidak terlihat kesakitan

1. Bantu dengan penggunaan tekhnik pernafasan

2. Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi. Berikan instruksi bila perlu.

3. Berikan tindakan kenyamanan (pijatan, gosokan punggung, sandaran bantal, pemebrian kompres sejuk, dll)

4. Kolaborasi memberikan sedatif sesuai dosis

1. mendorong relaksasi dan memberikan klien cara mengatasi dan mengontrol tingkat nyeri.

2. relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut, yang memperberat nyeri.

3. meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kooping dan kontrol klien.

4. meningkatkan kenyamanan dengan memblok impuls nyeri.

Resiko gawat janin berhubungan dengan solusio plasenta

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan 3- 4 jam tidak terjadi kondisi gawat janin

Kriteria Hasil :

1. DJJ dalam batas normal (120-160 x /menit)

2. His +

3. Bayi lahir dengan selamat

4. gerakan janin normal

1. Istirahatkan ibu

2. Anjurkan ibu agar tidur miring ke kiri

3. Pantau tekanan darah ibu

4. Memantau bunyi jantung ibu

1. dengan mengistirahatkan ibu diharapkan metabolism tubuh menurun dan peredaran darah ke placenta menjadi adekuat, sehingga kebutuhan O2 untuk janin dapat dipenuhi

2. dengan tidur miring ke kiri diharapkan vena cava dibagian kanan tidak tertekan oleh uterus yang membesar sehingga aliran darah ke placenta menjadi lancar

3. untuk mengetahui keadaan aliran darah ke placenta seperti tekanan darah tinggi, aliran darah ke placenta berkurang, sehingga suplai oksigen ke janin berkurang.

4. dapat mengetahui keadaan jantung janin lemah atau menurukan menandakan suplai O2 ke placenta berkurang sehingga dapat direncanakan tindakan selanjutnya.


F.Implementasi dan Evaluasi SOAP dari Diagnosa Utama

Tanggal/jam

Diagnosa Keperawatan

Implementasi

Evaluasi

19-01-2011

Jam 11.00

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan terus menerus

1. Memonitor intake dan output setiap 5-10 menit karena perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal

2. Memonitor tanda vital karena perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat

5. Melakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas simpisis untuk Merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri

3. Membatasi pemeriksaan vagina dan rectum karena

trauma meningkat terjadi perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom

Kolaborasi

1. Berkolaborasi dalam pemberian Infus atau cairan intravena karena merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan

2. Memberikan antibiotik untuk mencegah infeksi yang mungkin terjadi

3. Transfusi whole blood (bila perlu) karena Membantu menormalkan volume cairan tubuh

S : klien mengatakan perdarahan yang keluar dari vagina sudah berkurang.

O : TTV dalam batas normal

A : masalah kekurangan volume cairan teratasi sebagian

P : pertahankan balance cairan tubuh klien



PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada Ny M dengan solusio plasenta parsialis dirawat di RSIA dengan memperhatikan tahapan proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan, pelaksanaan dan evaluasi. Rumusan pembahasan yang penulis buat dengan bertitik tolak dari masalah keperawatan pada Ny. M serta tinjauan teori yang penulis gunakan. Penulis dalam menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hierarki kebutuhan dasar Maslow. Lima dari tingkat tersebut adalah kebutuhan fisiologis, keselamatan dan keamanan, mencintai dan memiliki, harga diri dan aktualisasi diri.

Adapun masalah keperawatan yang muncul pada Ny. M dengan solusio plasenta parsialis

adalah sebagai berikut :

A. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan terus menerus

Kekurangan volume cairan adalah keadaan dimana seseorang individu yang tidak menjalani puasa mengalami atau beresiko dehidrasi vaskuler, interstitial atau intravaskules. (Carpenito, 2000). Penulis merumuskan diagnosa ini karena pada pengkajian pada Ny. M diperoleh data klien mengeluh mengalami perdarahan melalui vagina berwarna kehitaman sejak tadi malam, mengatakan mempunyai riwayat perdarahan pada kehamilan sebelumnya. Hasil pemeriksaan fisik yaitu : TTV : TD= 80/55 mmHg, Nadi : 110x/menit , RR : 28x/menit, Suhu: 36 oC, Klien terlihat pucat, lemah, kulit klien teraba dingin, TFU = 36 cm, konjungtiva anemis, pembalut penuh dengan darah berwarna kehitaman, hasil pemeriksaan USG terlihat solusio plasenta parsialis dengan hematoma, perdarahan aktif (+). Data tambahan yang bisa mendukung diagnosa ini adalah dari inspekulo, tampak darah mengalir dari ostium berwarna merah kehitaman, Hb (6,8 g/dL) , turunnya kadar fibrinogen (106 mg/L), dan meningkatnya, kadar D-dimer (2,0 mg/L). Dari data inilah memunculkan diagnosa Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan terus menerus. Yang mana sebenarnya diagnosa ini tidak sesuai dengan teori.

Intervensi yang sudah ditetapkan penulis pada tanggal 19 januari 2011 adalah untuk mengatasi kekurangan volume cairan, penulis mengambil perencanaan yang lebih spesifik ke arah kekurangan volume cairan. Tujuannya yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan. Adapun intervensi yang penulis tetapkan adalah Monitor intake dan output setiap 5-10 menit, Monitor tanda vital TD 120/80 mmHg, nadi: 88 x/menit, RR 22 – 24 x/menit, suhu 36-37° C), Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas simpisis, Batasi pemeriksaan vagina dan rectum sedangkan kolaborasi Infus atau cairan intravena, Antibiotik, Transfusi whole blood ( bila perlu ), rasionalnya adalah Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal, Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat, Merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri, Trauma meningkat terjadi perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom, Merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan, mencegah infeksi yang mungkin terjadi, membantu menormalkan volume cairan tubuh.

Diagnosa ini kami angkat menjadi diagnosa utama karena, jika kekurangan volume cairan tidak segera diatasi maka akan terjadi shock dan mengakibatkan resiko kematian ibu dan janin

B. Gangguan Rasa nyaman : nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan

Nyeri adalah keadaan, individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya dengan batasan karakteristik individu melihatkan dan melaporkan ketidaknyamanan, tekanan darah meningkat, nadi meningkat, respiratori meningkat, posisi berhati-hati, raut wajah kesakitan, merintih. (Carpenito, 2000:52).

Nyeri merupakan suatu mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul pada jaringan yang rusak dan menyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan rangsang nyeri tersebut dan nyeri merupakan suatu pengalaman pribadi yang unik dan kompleks. (Long, 1996: 301).

Pada Bab II, penulis merumuskan diagnosa keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri,berhubungan dengan trauma jaringan. Setelah penulis menganalisa, nyeri bukan disebabkan karena kontraksi janin melainkan karena adanya distensi uterus akibat dari hematoma, hematoma karena rupture pembuluh darah arteri spinalis. Didukung oleh data subyektif klien mengeluh nyeri apalagi dipalpasi. Data obyektif. Karena pada saat pengkajian didapatkan data klien mengeluh nyeri apalagi, saat perut ditekan. TTV : nadi = 110 x/menit, RR = 28x/menit, Uterus keras, Uterus Tegang seperti papan , Nyeri tekan +, Klien tampak kesakitan, Hasil pemeriksaan USG terlihat solusio plasenta parsialis dengan hematoma

Tujuannya yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri hilang. Adapun intervensi yang akan dilakukan adalah mengkaji tingkat dan karakteristik nyeri rasionalnya untuk membantu mengevaluasi derajat nyeri dan untuk melakukan tehnik relaksasi nafas dalam rasionalnya untuk meningkatkan relaksasi ketegangan otot dan untuk mengalihkan rasa nyeri agar intensitas nyeri dapat menurun. Menciptakan lingkungan yang nyaman rasionalnya dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional klien. Memonitor tanda-tanda vital rasionalnya untuk mengetahui respon autonomik dari nyeri yaitu perubahan pada tekanan darah, peningkatan denyut nadi dan pernafasan serta perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan keluhan atau penghilangan nyeri.

C. Resiko gawat janin berhubungan dengan solusio plasenta

Resiko gawat janin adalah suatu keadaan dimana janin mengalami asfiksia, Karena uterus tetap teregang akibat adanya hasil pembuahan, organ ini tidak mampu mengadakan kontraksi yang memadai guna menekan pembuluh darah yang ruptur yang menyuplai kebutuhan nutrisi dan oksigen bagi plasenta tersebut. Dengan adanya tanda Klien mengeluh janin yang ada didalam kandungannya bergerak aktif. Dari hasil pemeriksaan fisik : His (- ), DJJ dan palpasi janin sulit. Dari hasil pemeriksaan USG : DJJ = 82 x /menit , Aktivitas janin lemah.

Secara teori resiko gawat janin tidak ada namun sesuai dengan data diatas kami mengangkat diagnosa keperawatan resiko gawat janin berhubungan dengan solusio plasenta


DAFTAR PUSTAKA

Heller,Luz. 1991 . Gawat darurat ginekologi dan obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. Rencana perawatan maternal atau bayi. Edisi 2. Jakarta: EGC